Friday, November 25, 2011

Terimakasih Kisah

Sampai kapanpun aku ga akan pernah bilang ke siapapun bahwa kita akhirnya harus berjalan masing masing karena hal yang sudah tidak sepaham. Sifat yang tak lagi bisa diterima atau tidak adanya pihak ketiga.
Untuk pertamakalinya dari 5 tahun, aku kembali merasakan dada yang sesak karena Cinta. Aku menyium aura pengkhianatan. Dan semuanya aku nyatakan terbukti dengan pengakuannya. 

Aku menangis, karena akhirnya aku menyadari aku pun berperan dalam kandasnya hubungan ini. Aku menangis pada akhirnya, aku harus berada dipihak yang harus ikhlas melepaskan.
Melepaskan bukan berarti menyerah. Tetapi lebih kepada memahami bahwa ada beberapa hal yang tak dapat di paksakan

“Aku sayang sama kamu. Tapi beberapa hari terakhir ada yang perhatian sama aku dan entah kenapa aku senang. Dia jadi semangat baru dalam menjalani penatnya hidup di Jakarta” 

Siapapun pasti, engga suka dibandingkan. Karena sejatinya, setiap kita beda dengan sikap dan keunikan kita masing masing. Tapi untuk bersaing hanya untuk merebutkan satu hati farqi dengan pernyataan yang seperti itu membuat aku sadar diri. Posisi aku ga akan dibela. Dan akhirnya, mundur adalah pilihan yang aku anggap sulit dan jadi jalan terbaik. 

Menyerah bukan berarti aku lemah, itu hanya berarti aku cukup kuat untuk melepas kepergian.
Mungkin benar kata Radityadika, Didalam bentuk tubuh yang biasa-biasa ini, dalam hati aku lagi remuk rendam hancur rapuh. Tapi bagi orang lain yang ngeliat, aku terlihat biasa. Karena apapun masalah kita, serumit dan sekompleks apapun, orang lain akan tetap jalan dengan hidupnya, seolah tidak memedulikan. Life goes on

Entah berapa kali aku harus bersembunyi menangis. Aku harus menahan airmata sampai papaku tertidur di Kereta Api dalam perjalanan Malang – Bandung. Aku perlu berlari ke kamar mandi di Kantor untuk tidak terlihat menangis sama orang orang kantor. Mengurung diri. Mendengarkan lagu dan menangis guling guling di kasur.

Bukan karena aku tidak punya teman untuk diajak berbagi, aku hanya ingin tak tampak lemah didepan siapapun. Cuma Allah yang melihatku. Sejatinya, Ia emang tak pernah sekalipun tertidur untuk melihat hambaNya. Aku bercerita ke teman teman terdekat. Bercerita sambil tersnyum ke mumun. Bahkan aku masih tertawa terbahak bahak di Mobil bersama Akhid Ira Jono di seminggu pertama setelah putus. Aku Cuma ingin mereka lihat bahwa aku dalam keadaan baik baik saja. Dan menyembunyikan perasaan itu, seperti makan cokelat, tapi hambar hanya di lidah aku. 

Memang menyakitkan, gimana perasaan aku saat itu, orang lain akan tetap berjalan maju. Tidak ada yang memahami. Walaupun ketika kita cerita merekap pasti akan bilang, “Aku tahu sakitnya perasaan ko” tapi mereka tidak benar benar tahu. Karena mereka tidak dalam posisi kita. Tidak. 

Orang orang lain akan tetap memperlakukan kita seperti orang biasa. Tanpa tau apa yang kita jalani. Tanpa tau apa yang sedang kita alami. Sebesar apa pun badai yang ada di hati kita saat ini. The world will keep on moving, and i’ll keep on standing.
 
Dia bilang waktu itu, masalahnya pada Jarak. Pada Sosok. Jarak dan Sosok. Aku ulang kata itu sampai kata kata itu uda ga ada artinya lagi.

Gimana jarak yang dulu bisa kita hadapi dengan angkuh tapi sekarang malah jadi penyebab hancurnya hubungan ini. Mungkin jarak sudah lebih kuat dari apa yang kita punya sekarang. 

Aku menyesal, karena aku sudah memutuskan untuk berkomitmen yang aku tahu resiko terburuknya adalah seperti ini. Di kecewakan dan ditinggalkan. Pada akhirnya aku menyadari 1 hal. Aku kehilangan dan aku merindukannya. 

Selalu ada hikmah dibalik setiap keadaan. Orang orang yang selalu terlupakan selama aku di Bandung, justru jadi orang orang yang pertama kali memelukku dari Jauh ketika aku “terjatuh”. Keluarga.
Mama yang tahu dari Sinta, nyaris setiap hari menghubungiku. Mencoba menguatkan. “Anggap aja ini Proses pendewasaan diri yaa dek. Supaya kamu semakin kuat.” 

Sinta yang beberapa kali menemani sms berujar, Ko tau? Disini mama mencemaskan ko tiap hari. Terutama karena dia tahu ko kesepian

Papa yang seolah tidak pernah mau tahu, bagaimana hubungan ini. Papa yang seolah cuek. Tiba tiba mengirimi sebuah message, “Nurul.. yakinlah bahwa Allah akan memberi jodoh yg terbaik buat agama dan menjalani kehidupan ini...kalau blm ada kecocokan.. Allah menguji kesabaran.. dan akan memberikan yg terbaik.. bukankah kita tahu.. kita selalu bersamaNya... pa2 selalu berdoa Nurul mendapat yg terbaik..Amin

Seharusnya aku tahu, seharusnya aku selalu ingat, kalo aku ngerasa sendiri dan kesepian, Allah itu lebih dari cukup. Allah itu Adil. Allah itu dekat, Allah itu menguji, mengawasi HambaNya ini.
Aku inget selalu 1 sms dia ketika aku harus pulang malem untuk persiapan UAT, ketika aku merasa di puncak kelelahan, 

setiap orang punya sisi rapuh. tapi orang hebat pasti ga akan larut dalam kerapuhannya. semakin dia di banting semakin kuat dia melenting sehingga membuat dia semakin kuat. dan itu kamu banget. :)” 

Salahkah aku rapuh ketika aku butuh motivasi dan ditemani dia menyusun skripsi yang ada aku dapat malah melihat foto2 nya berlibur bersama kekasih barunya? 

Satu hal, aku Cuma pengen buktiin penilaian dia ketika itu. Kalo aku itu, KUAT J aku dibuat rapuh sama sang pemberi semangat. Dan aku akan menjadi Kuat karena ia pula. 

Jangan sesali mereka yang menghampiri hidupmu, memberi arti, lalu pergi. Karena mereka telah mengajarkan bagaimana cara tuk melepaskan. 

Farqi mengajarkan aku banyak hal. Dia menyemangati untuk tetap bertahan membahagiakan orang tua. Dia mengajari bagaimana bersyukur memiliki keluarga yang harmonis. Dia mengajari bagaimana untuk tetap tersenyum, bersabar. Menjadi Nia yang semangat, ceria dan Kuat dalam menghadapi apapun. Sampai akhirnya dia mengajari pelajaran paling sulit yang pada akhirnya (semoga) aku bisa, dia mengajari bagaimana cara aku untuk melepaskan. 

Sampai akhirnya, aku akan tersenyum dan bilang “Terimakasih, Kisah!”

2 comments:

Sri Wahyuni Lestari said...

Ups... mencium ada kata-kata 'KO' pada salah satu dialog. Aseeek dah, novel yg akan pakai bahasa Batam ya :D ditunggu ya kaaaaak :D

Alaniadita said...

huaaahahhaa. :P :P :P jadi maluu. :DD