Mei Trip aku harusnya ke Solo dan Semarang via Yogya.
Harusnya. Nyatanya, aku malah tergiur untuk menemani Mba Ine ikutan trip ke
Dieng. Setelah browsing dan ngences ngences ngeliat pemandangan di dieng dan
mencocokan jadwal UAT di klien, akhirnya daftarlah trip Dieng.
11 Mei 2012,
Untuk pertama kalinya, aku ke Plaza Semanggi, meeting point
kali ini. Menemui mba ine, dan makan malem. Surprised, ketika berkumpul,
ketemua ka wira dan Bombom, temen trip di Pulau Harapan, dulu. Seperti having
reunion. :D
Trip kali ini diikuti oleh 40 orang. Trip sama Study tour
anak sekolahan beda tipis. Selama ini, members terbanyak nge trip 23an, di
Karimun Jawa. Wajarlah yak, secara di situ bertemu orang dari 4 kota. Nah ini,
sama sama dari Jakarta. 3 bus wisata buah batu meninggal Plaza Semanggi pukul 9
Malem.
12 Mei 2012
Beberapa kali terbangun untuk ke WC dan sholat. Ga lupa
sambil cari colokan. :D maklum, dunia-smart-phone-yang-batre-nya-ngehe. Dan
ternyata, di mobil aku ada colokan. Huaaah. Bagai menemukan sorga dunia.
Terbangun sempurna ketika aku melek melek mata dan melihat
papan papan di sepanjang jalan. Jl. Blab la bla, Banyumas. Voila! Ini kota
kelahiran. I’m so so so excited. Beneran, aku ga pernah tau rupa kota Banyumas.
Kota kelahiranku. Dan ada di sekitar itu pagi itu bikin aku seneng ga
ketulungan. Plus di tambah lagi, kita sarapan di sana.
Aku sampe nge sms papa yang lagi di Malang, “Pah, nurul lagi
sarapan di Purwokerto. Lagi di Banyumas. Rumah kita dimana pah?” Walau
sebenernya rumah kita uda d jual. Xixixixi.
Setelah pegel pantat selama 13 jaman, kita sempet berhenti
sebentar di Gardu Pandang Dieng.
Cuma bisa bilang wow! Wow! Wow! Ini indah sekalih. Dieng
berasal dari bahasa sansekerta yaitu “Di” yang berarti tempat dan “hyang” yang
berarti dewa pencipta. Keseluruhan, dieng diartikan sebagai tempat bersemayam
para dewa. Terletak di ketinggian 2000 meter dpl. Suhu udara siang hari di sini
berkisar 15-20 derajat selsius, sementara kalo malem hari berkisar 10 derajat
selsius.
Foto foto sekali duakali sampai dua puluh kali, kita
melanjutkan perjalanan ke Candi Arjuna. Seputaran homestay. Pertama yang
keliatan oleh mata adalah kentang goreng dan kacang rebus. Selidik punya
selidik, ternyata dieng penghasil kentang no 1 di Asia. Pantas saja.
CANDI ARJUNA
Kompleks Candi Arjuna merupakan candi tertua di Pulau Jawa
yang masih berdiri dengan tegaknya di tengah deraan waktu dan cuaca. Meskipun
beberapa bagian candi mulai dimakan usia, namun candi pemujaan dewa Siwa yang
dibangun pada tahun 809 M ini tetap kokoh berdiri.
Cuaca pas ceraaaaaahh banget. suka liat perpaduan hijau
rumput, candi, dan awannya. Pas kita dateng, pas lagi ada ritual rombongan dari
Bali. Jadi kita berfoto foto sambil menghemat suara. Ga boleh berisik.
KAWAH SIKIDANG
Puas puluhan kali foto, kita bergerak ke tempat wisata
selanjutnya. Secara kasat mata, seperti arah mau ke Kawah Putih, di Bandung.
Untuk mencapai kawahnya kita berjalan cukup jauh. Dan bau sekali. Make
masker is recommended.
Nyampe depan kawah, berbeda sekali! Kalo di kawah putih,
kawahnya tenang, damai aman sejahtera. Di kawah sikidang, kawahnya nyembur2
serem. Kaya air yang mendidih.
Di sekitaran kawah ini, aku sempet nemuin anak kecil
berambut gimbal. Jadi mereka yang awalnya lahir dalam keadaan normal seperti
anak kebanyakan mendadak terserang demam tinggi dan tumbuh rambut gimbal di
kepalanya. Sebagian besar warga percaya bahwa anak gilmbal adalah keturunan
pepunden atau leluhur pendiri Dieng. Kemudian rambut mereka harus dipotong
melalu sebuah prosesi ruwetan. Biasanya sang anak mengajukan permintaan. Bila
orang tua gagal memenuhinya, rambut gimbal akan tumbuh lagi meski telah di
potong berkali kali.
Potongan rambut gimbal di hanyutkan di sungai serayu sebagai
tanda pembuang sial si anak.
SEJARAH DIENG dari
DIENG PLATEAU THEATER
Sebuah teater mini dimana kita bisa nonton tentang sejarah
dieng. Kalo di candi arjuna dan kawah sikidang kita biasa menemukan warung
Kentang Goreng, tahu dan tempe goreng, di sekitar theater ini juga ada yang
jualan. Menu yang sama, dan berbeda di satu hal. Jamur goreng. Jadilah, pada
beli goreng gorengan ini sebelum menikmati theater di dalem.
TELAGA WARNA
Ketika hendak meninggalkan kantor hari Jumat, ka sylvi temen
kantor sempet nanya, “ke dieng mau kemana? Jangan lupa mampir ke Telaga Warna”
| “Bagus ya ka?” | *mengacungkan dua jempol*.
Telaga warna merupakan telaga yang sering berubah warna dan
memantulkan warna hijau biru dan ungu. Pas kesana sih, kayanya pas hijau :D
kayanya yah. Kayanya :D
HOMESTAY
Setelah di pindah sana sini, akhirnya aku se homestay dengan
14 orang lainnya. Terdiri dari 3 Kamar, 1 ruang tamu, 1 ruang tv/keluarga, 1
dapur dengan 2 kamar mandi. Kamar kamar diisi para cewek dan ruang tamu dan
ruang keluarga di tiduri oleh para cowok. Masuk ke dalam homestay ini jangan
Tanya dinginnya. Dingin sekali. Pake banget.
Malemnya, di mulai dari patunggu tunggu kamar mandi, kita
secara ga sengaja berkumpul di dapur. Di sana, ada perapian yang bisa
menghangatkan badan. Kita melingkari perapian dengan kursi kecil ala anak TK.
Dimulai dari kenalan nama, dan tebak tebakan umur,
berlangsung ke ajang curhatan galau malem mingguan. #eeaa. Aku menaikkan dua
jempol ketika dikenalkan dengan Mas Ichan, seorang participant yang jauh jauh
dari Kalimantan ke Jakarta, hanya untuk trip ini. Kereeeenn! Tiket pesawat nya
jauh lebih mahal yak daripada biaya tripnya. Keyen mas (y).
Sempet dibangunin tengah malem sama mba ine, ketika kami
mendengar suara orang teriak teriak dari ruang tamu yang ga lain dan ga bukan
adalah bom bom. Ketika kami buka pintu, melihat beliau. Ketika mataku ga
sengaja melihat jam dinding. Tepat di angka 12. Tepat. Yak, konon dieng sama
seperti Bali keramatnya. Jadi harus lebih hati hati.
GUNUNG SIKUNIR
“Bangun de” *badan di
goyang goyangin mba ine*
Baru tidur jam 11an, kebangun jam 12an, tidur lagi jam 1an,
jam 3an uda di bangunin lagi. Bagos. Kasian aja sama pantat yang belom rela
meninggalkan empuknya kasur. Pagi ini agenda kita adalah.. trekking mencari
sunrise.
Terakhir menjelajah hutan. Hm.. hmm.. setelah kesasar dan
harus menembus danau sedalam leher jaman sma. Kali ini trekking lagi. Di udara
nan sekitar 10 derajat. Mendaki bukit, dengan perabot lengkap di badan. Baju
tebal, sarung tangan dan syal.
Ngos ngosan tapi ga berniat untuk menyerah. Sayaaaaaang.
Jauh jauh ke sini, ga menikmati. Nemu orang yang terduduk terlemas dan mengucap
“goodbye sunrise” hahaha.
Dan, di atas inilah saya, menikmati detik detik keluarnya
matahari dari ‘tidur’ nya. Oke, pertama kalinya ini. Melihat dan menikmati
sunrise dari ujung gunung. Pertama kalinya. Dan saya senang.
KHAS DARI DIENG,
WONOSOBO
Setelah mandi beberes dan sebelum pulang meninggalkan Dieng,
kita mampir ke Pusat Oleh oleh khas Dieng.
Terdiri dari Carica (Minuman dari buah papaya Muda), Kentang Goreng,
Kacang, Jamur Goreng dan Purwaceng yang konon khasiatnya kaya obat kuat. :p
CMIIW
Tepat di Jam Makan siang, kita mampir ke Mie Ongklok di
daerah Wonosobo. Mie yang secara tampilan mirip lomie di Bandung dan di tambah
sate :D enyaaaaakk ~
MENUJU JAKARTA
Setelah dari karimun Jawa, aku menikmati perjalanan darat
lintas Jawa ini. Sesekali tidur sesekali melek. Menikmati getuk goreng di
Sukaraja. Menikmati es krim campina di pom bensin, beli rujak di pemalang.
Menikmati Sunset dari Tegal dan Menikmati Makan Malam di Brebes. Sampai
akhirnya nyampe sukses selamat sentosa aman di Plaza Semanggi jam setengah 3
Pagi. Dan saya sukses mbolos besoknya. :D Diare Melanda.
Sekali lagi, terimakasih untuk rezekiMu menikmati AlamMu di
tanah Dieng ya Rabb :)
No comments:
Post a Comment