Friday, October 22, 2010

Yang tertinggal itu tentang Naluri Ibu

Ada yang ketinggalan dalam cerita sebelumnya a.k.a untitled. Ada Naluri ibu dalam cerita itu. Di hari kesekian ak mengalami kejenuhan, ak berangkat kerja dengaan sangat malas dan terbebani. Ketika itu, seharusnya emang ak refresing. Tapi ketika itu, kerjaan saya sedang padat padatnya dan dikejar kejar deadline. Semuanya sempurna membuat hari hari saya begitu berat.

Baru saja membuka leptop. Ada telf masuk dari Kantor papah di hpku. Bukan yang aneh emang, papa emang lumayan sering menghubungiku via telf kantornya. Tapi hari ini ak ngerasa tidak sedang mood untuk mengangkat telf beliau. Walau akhirnya ak mengangkatnya.

Entah kenapa, baru saja ak bilang ‘hallo’ air maata ku mengucur dengan sendirinya. Ak tetap melanjutkan pembicaraan dengan menahan tangis. Obrolan kembali dilanjutin dan papa member kabar, ‘mama semalem mimpi, katanya d mimpi itu nurul terlihat lelah sekali’

HUAAAAAAAAA. Air mata semakin deras keluarnya. Dan semakin ak tahan ketika berbicara dengan papa. :D

Sampai akhirnya pas ak nutup telf. Ak mengambil wudhu. Menuruni tangga darurat dari lantai 8 ke lantai 2. Memasuki mesjid. Tampak lenggang sekali. Ada beberapa ibu ibu yang sedang melakukan sholat dhuha. Ak pun mengambil mukena dan melaksanakan sholat dhuha. Air mata mengucur disetiap rakaatnya. Kebayang mama, kebayang rumah dan kebayang kasur :P :P

Berdoa dan menangis sepuas puasnya ak di situ. Mengeluarkan unek unek ke Yang Maha Tahu. Satu hal yang pasti, ‘Naluri ibu itu gg pernah salah’ J

2 comments:

Anonymous said...

pas dengan puisiku "renungan anak Rantau"... :)

Alaniadita said...

iyaah gtu? :P