Friday, May 18, 2012

Mei Di Dieng


Mei Trip aku harusnya ke Solo dan Semarang via Yogya. Harusnya. Nyatanya, aku malah tergiur untuk menemani Mba Ine ikutan trip ke Dieng. Setelah browsing dan ngences ngences ngeliat pemandangan di dieng dan mencocokan jadwal UAT di klien, akhirnya daftarlah trip Dieng. 

11 Mei 2012,
Untuk pertama kalinya, aku ke Plaza Semanggi, meeting point kali ini. Menemui mba ine, dan makan malem. Surprised, ketika berkumpul, ketemua ka wira dan Bombom, temen trip di Pulau Harapan, dulu. Seperti having reunion. :D 

Trip kali ini diikuti oleh 40 orang. Trip sama Study tour anak sekolahan beda tipis. Selama ini, members terbanyak nge trip 23an, di Karimun Jawa. Wajarlah yak, secara di situ bertemu orang dari 4 kota. Nah ini, sama sama dari Jakarta. 3 bus wisata buah batu meninggal Plaza Semanggi pukul 9 Malem. 

12 Mei 2012
Beberapa kali terbangun untuk ke WC dan sholat. Ga lupa sambil cari colokan. :D maklum, dunia-smart-phone-yang-batre-nya-ngehe. Dan ternyata, di mobil aku ada colokan. Huaaah. Bagai menemukan sorga dunia. 

Terbangun sempurna ketika aku melek melek mata dan melihat papan papan di sepanjang jalan. Jl. Blab la bla, Banyumas. Voila! Ini kota kelahiran. I’m so so so excited. Beneran, aku ga pernah tau rupa kota Banyumas. Kota kelahiranku. Dan ada di sekitar itu pagi itu bikin aku seneng ga ketulungan. Plus di tambah lagi, kita sarapan di sana. 

Aku sampe nge sms papa yang lagi di Malang, “Pah, nurul lagi sarapan di Purwokerto. Lagi di Banyumas. Rumah kita dimana pah?” Walau sebenernya rumah kita uda d jual. Xixixixi. 

Setelah pegel pantat selama 13 jaman, kita sempet berhenti sebentar di Gardu Pandang Dieng.
Cuma bisa bilang wow! Wow! Wow! Ini indah sekalih. Dieng berasal dari bahasa sansekerta yaitu “Di” yang berarti tempat dan “hyang” yang berarti dewa pencipta. Keseluruhan, dieng diartikan sebagai tempat bersemayam para dewa. Terletak di ketinggian 2000 meter dpl. Suhu udara siang hari di sini berkisar 15-20 derajat selsius, sementara kalo malem hari berkisar 10 derajat selsius. 

 
 

Foto foto sekali duakali sampai dua puluh kali, kita melanjutkan perjalanan ke Candi Arjuna. Seputaran homestay. Pertama yang keliatan oleh mata adalah kentang goreng dan kacang rebus. Selidik punya selidik, ternyata dieng penghasil kentang no 1 di Asia. Pantas saja. 

CANDI ARJUNA
Kompleks Candi Arjuna merupakan candi tertua di Pulau Jawa yang masih berdiri dengan tegaknya di tengah deraan waktu dan cuaca. Meskipun beberapa bagian candi mulai dimakan usia, namun candi pemujaan dewa Siwa yang dibangun pada tahun 809 M ini tetap kokoh berdiri. 

 
Cuaca pas ceraaaaaahh banget. suka liat perpaduan hijau rumput, candi, dan awannya. Pas kita dateng, pas lagi ada ritual rombongan dari Bali. Jadi kita berfoto foto sambil menghemat suara. Ga boleh berisik.





KAWAH SIKIDANG
Puas puluhan kali foto, kita bergerak ke tempat wisata selanjutnya. Secara kasat mata, seperti arah mau ke Kawah Putih, di Bandung. Untuk mencapai kawahnya kita berjalan cukup jauh. Dan bau sekali. Make masker is recommended
 
Nyampe depan kawah, berbeda sekali! Kalo di kawah putih, kawahnya tenang, damai aman sejahtera. Di kawah sikidang, kawahnya nyembur2 serem. Kaya air yang mendidih. 

 
 Di sekitaran kawah ini, aku sempet nemuin anak kecil berambut gimbal. Jadi mereka yang awalnya lahir dalam keadaan normal seperti anak kebanyakan mendadak terserang demam tinggi dan tumbuh rambut gimbal di kepalanya. Sebagian besar warga percaya bahwa anak gilmbal adalah keturunan pepunden atau leluhur pendiri Dieng. Kemudian rambut mereka harus dipotong melalu sebuah prosesi ruwetan. Biasanya sang anak mengajukan permintaan. Bila orang tua gagal memenuhinya, rambut gimbal akan tumbuh lagi meski telah di potong berkali kali. 


Potongan rambut gimbal di hanyutkan di sungai serayu sebagai tanda pembuang sial si anak. 



SEJARAH DIENG dari DIENG PLATEAU THEATER
Sebuah teater mini dimana kita bisa nonton tentang sejarah dieng. Kalo di candi arjuna dan kawah sikidang kita biasa menemukan warung Kentang Goreng, tahu dan tempe goreng, di sekitar theater ini juga ada yang jualan. Menu yang sama, dan berbeda di satu hal. Jamur goreng. Jadilah, pada beli goreng gorengan ini sebelum menikmati theater di dalem. 


TELAGA WARNA
Ketika hendak meninggalkan kantor hari Jumat, ka sylvi temen kantor sempet nanya, “ke dieng mau kemana? Jangan lupa mampir ke Telaga Warna” | “Bagus ya ka?” | *mengacungkan dua jempol*.
Telaga warna merupakan telaga yang sering berubah warna dan memantulkan warna hijau biru dan ungu. Pas kesana sih, kayanya pas hijau :D kayanya yah. Kayanya :D 





 HOMESTAY
Setelah di pindah sana sini, akhirnya aku se homestay dengan 14 orang lainnya. Terdiri dari 3 Kamar, 1 ruang tamu, 1 ruang tv/keluarga, 1 dapur dengan 2 kamar mandi. Kamar kamar diisi para cewek dan ruang tamu dan ruang keluarga di tiduri oleh para cowok. Masuk ke dalam homestay ini jangan Tanya dinginnya. Dingin sekali. Pake banget. 

Malemnya, di mulai dari patunggu tunggu kamar mandi, kita secara ga sengaja berkumpul di dapur. Di sana, ada perapian yang bisa menghangatkan badan. Kita melingkari perapian dengan kursi kecil ala anak TK.
Dimulai dari kenalan nama, dan tebak tebakan umur, berlangsung ke ajang curhatan galau malem mingguan. #eeaa. Aku menaikkan dua jempol ketika dikenalkan dengan Mas Ichan, seorang participant yang jauh jauh dari Kalimantan ke Jakarta, hanya untuk trip ini. Kereeeenn! Tiket pesawat nya jauh lebih mahal yak daripada biaya tripnya. Keyen mas (y). 

Sempet dibangunin tengah malem sama mba ine, ketika kami mendengar suara orang teriak teriak dari ruang tamu yang ga lain dan ga bukan adalah bom bom. Ketika kami buka pintu, melihat beliau. Ketika mataku ga sengaja melihat jam dinding. Tepat di angka 12. Tepat. Yak, konon dieng sama seperti Bali keramatnya. Jadi harus lebih hati hati.

GUNUNG SIKUNIR
“Bangun de”  *badan di goyang goyangin mba ine*
Baru tidur jam 11an, kebangun jam 12an, tidur lagi jam 1an, jam 3an uda di bangunin lagi. Bagos. Kasian aja sama pantat yang belom rela meninggalkan empuknya kasur. Pagi ini agenda kita adalah.. trekking mencari sunrise. 

Terakhir menjelajah hutan. Hm.. hmm.. setelah kesasar dan harus menembus danau sedalam leher jaman sma. Kali ini trekking lagi. Di udara nan sekitar 10 derajat. Mendaki bukit, dengan perabot lengkap di badan. Baju tebal, sarung tangan dan syal. 

Ngos ngosan tapi ga berniat untuk menyerah. Sayaaaaaang. Jauh jauh ke sini, ga menikmati. Nemu orang yang terduduk terlemas dan mengucap “goodbye sunrise” hahaha.

Dan, di atas inilah saya, menikmati detik detik keluarnya matahari dari ‘tidur’ nya. Oke, pertama kalinya ini. Melihat dan menikmati sunrise dari ujung gunung. Pertama kalinya. Dan saya senang. 














KHAS DARI DIENG, WONOSOBO
Setelah mandi beberes dan sebelum pulang meninggalkan Dieng, kita mampir ke Pusat Oleh oleh khas Dieng.  Terdiri dari Carica (Minuman dari buah papaya Muda), Kentang Goreng, Kacang, Jamur Goreng dan Purwaceng yang konon khasiatnya kaya obat kuat. :p CMIIW



Tepat di Jam Makan siang, kita mampir ke Mie Ongklok di daerah Wonosobo. Mie yang secara tampilan mirip lomie di Bandung dan di tambah sate :D enyaaaaakk ~ 
 


MENUJU JAKARTA
Setelah dari karimun Jawa, aku menikmati perjalanan darat lintas Jawa ini. Sesekali tidur sesekali melek. Menikmati getuk goreng di Sukaraja. Menikmati es krim campina di pom bensin, beli rujak di pemalang. Menikmati Sunset dari Tegal dan Menikmati Makan Malam di Brebes. Sampai akhirnya nyampe sukses selamat sentosa aman di Plaza Semanggi jam setengah 3 Pagi. Dan saya sukses mbolos besoknya. :D Diare Melanda. 


Sekali lagi, terimakasih untuk rezekiMu menikmati AlamMu di tanah Dieng ya Rabb :)

























No comments: